Bangkalan – Karapan sapi, sebuah pesta rakyat yang melibatkan kecepatan sapi, menjadi identitas khas di pulau Madura. Kota-kota di Madura memeriahkan tradisi ini pada bulan Agustus atau September, kulminasi dalam babak final pada akhir September atau Oktober.
Meskipun awalnya tumbuh di Madura, karapan sapi juga telah merambah ke Jakarta sejak tahun 1960-an, menandai perayaan kekompakan dan persahabatan.
Asal-usul kata “Karapan” memiliki dua versi menarik. Pertama, berasal dari kata “Kerap” atau “Kirap,” yang menggambarkan keberangkatan bersama.
Versi lain mengaitkannya dengan bahasa Arab, “kirabah,” yang artinya persahabatan. Pasangan sapi bersaing dalam perlombaan untuk meraih kecepatan, menciptakan pertunjukan seru bagi penonton.
Sapi yang menjadi bintang dalam lomba ini kebanyakan berasal dari Pulau Sapudi, sebuah pulau kecil di timur Madura. Sejak tahun 1956, ketika aturan khusus diterapkan, karapan sapi menjadi acara yang digemari dan diadakan secara rutin.
Namun, apa yang awalnya merupakan perayaan peternak, kini telah bertransformasi menjadi bisnis yang mempengaruhi harga sapi.
Setiap tahun, pesta karapan sapi diadakan empat hingga lima kali, tidak hanya sebagai ajang syukuran, tetapi juga sebagai perlombaan bisnis di dunia peternakan.
Para pemilik sapi, mulai pertengahan 1980-an, telah menggunakan berbagai jamu tradisional seperti telur, jahe, lengkuas, hingga belerang untuk meningkatkan performa sapi mereka. Beberapa pemilik bahkan menghabiskan puluhan telur setiap hari untuk memastikan sapi mereka dalam kondisi optimal.