Tokoh  

Mohammad Hoesni Thamrin: Dari Sungai Ciliwung ke Jantung Perlawanan Hindia Belanda

Madurapers
Mohammad Hoesni Thamrin (ejaan lama) atau Muhammad Husni Thamrin, tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dan Pahlawan Nasional. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia pada 28 Juli 1960.
Mohammad Hoesni Thamrin (ejaan lama) atau Muhammad Husni Thamrin, tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dan Pahlawan Nasional. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia pada 28 Juli 1960. (Foto: Civitasbook)

Mohammad Hoesni Thamrin tumbuh sebagai sosok revolusioner yang lahir dari pergulatan identitas dan realitas kolonialisme. Ia dilahirkan pada 16 Februari 1894 di Weltevreden, Batavia, dari keluarga berdarah campuran Eurasia-Betawi yang hidup dalam lingkungan elite neo-priyayi.

Ayahnya, Thamrin Mohd. Tabri, adalah keturunan pengusaha Inggris yang berasimilasi dengan budaya Jawa. Dalam posisi ini, Thamrin memiliki akses pada pendidikan elite, termasuk Koning Willem III School yang menjadi pijakan awal kariernya.

Setelah lulus, Thamrin bekerja di sektor pemerintahan kolonial lalu bergabung dengan Koninklijke Paketvaart-Maatschappij selama satu dekade. Pengalamannya ini memperkuat pengetahuannya mengenai struktur kolonial dan memperluas pandangannya tentang ketidakadilan yang dialami masyarakat pribumi.

Kedekatan emosionalnya dengan masyarakat Betawi membentuk dasar perjuangan politiknya di kemudian hari. Ia tidak canggung berbaur dengan rakyat kecil, bahkan sejak remaja ia mandi dan bermain bersama mereka di Sungai Ciliwung.

Pada tahun 1927, Mohammad Hoesni Thamrin masuk Volksraad setelah H.O.S. Tjokroaminoto dan dr. Sutomo menolak kursi tersebut. Panitia Dr. Sarjito memilihnya karena ia dianggap paling pantas berdasarkan pengalaman di Gemeenteraad.

Dua tahun kemudian, ia memprotes keras keputusan kolonial yang menunjuk orang Belanda tak berpengalaman sebagai wakil wali kota Batavia. Aksi pemogokan fraksi nasional berhasil menempatkan Thamrin sebagai wakil wali kota yang baru.

Kondisi politik tahun 1927 menjadi titik penting karena represifnya pemerintah kolonial pasca pemberontakan 1926–1927. Di sisi lain, PNI berdiri dan Bung Karno muncul sebagai tokoh pergerakan nasional, membuka babak baru perjuangan.

Mohammad Hoesni Thamrin berperan aktif dalam menyatukan kekuatan nasionalis melalui GAPI pada 1939. Delapan organisasi bergabung untuk mengusung empat tuntutan besar termasuk kemerdekaan dan demokrasi representatif.