Pericles lahir dalam keluarga aristokrat Athena pada tahun 495 SM, dikelilingi oleh pengaruh politik dan militer yang kuat sejak masa kecil. Ayahnya, Xanthippus, adalah pahlawan Perang Persia, sementara ibunya, Agariste, berasal dari klan Alcmaeonid yang berkuasa.
Lingkungan elit itu memperkuat pijakan awal Pericles dalam politik Athena yang sedang mengalami transformasi besar. Demokrasi mulai menggantikan kekuasaan aristokrat, menciptakan iklim yang mendukung kebangkitannya.
Didikan Pericles tak hanya mencakup pelatihan retorika dan seni, tetapi juga filsafat dan sains dari para pemikir besar seperti Damon dan Anaxagoras. Pandangan dunianya dibentuk oleh logika, etika, dan rasionalitas yang menjadi dasar pemikirannya kelak.
Awal kariernya sebagai jaksa menunjukkan keberaniannya menantang kekuatan mapan. Ia menggugat Cimon, tokoh aristokrat yang mendukung Sparta, dan keluar sebagai pemenang politik.
Momentum ini membawanya menjadi tokoh reformasi penting pada tahun 461 SM. Ia mendorong pengurangan kekuasaan Areopagus dan memperluas kewenangan lembaga-lembaga rakyat seperti ekklesia dan heliaia.
Reformasi ini menggeser pusat kekuasaan dari tangan elit ke partisipasi warga biasa. Semangat demokrasi menyebar luas, memperkuat legitimasi pemerintahan rakyat.
Kepemimpinan Pericles mencapai puncaknya dalam Zaman Keemasan Athena. Seni, filsafat, dan arsitektur berkembang pesat, menjadikan kota ini pusat peradaban dunia kuno.
Ia memprakarsai pembangunan Parthenon dan proyek besar lainnya yang menghiasi Acropolis. Arsitek dan pematung terbaik, termasuk Phidias dan Callicrates, ikut membangun wajah baru Athena.