Setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya, perubahan akan selalu menghiasi setiap berjalannya waktu; dari zaman purba, zaman pramodern hingga zaman modern. Perubahan ini tentunya akan memberikan warna baru dan menimbulkan sejarah baru.
Perubahan kadang terjadi untuk menghilangkan budaya lama dan ada pula untuk merecover hal-hal yang sudah usang menjadi sebuah perbaharuan. Begitu pula yang terjadi dengan adat di Madura, terutama pada rumah adatnya.
Adat rumah di Madura terkenal dengan Tanean Lanjhang. Ini tertera dalam buku Etnomatematika Budaya Madura karangan Moh. Zayyadi dan Durroh Halim, yang terbit pada tahun 2020. Buku ini memaparkan ciri khas dasar rumah Madura sejak zaman dahulu.
Berbeda dari buku tersebut, tulisan ini akan membahas perubahan pembangunan rumah adat Madura menjelang abad 21 dimana pembangunan dindingya sudah tidak lagi menggunakan bahan kayu atau bambu.
Ide menulis tulisan ini saya dapatkan dari pengalaman pribadi, dimana saya sering menghampiri rumah-rumah di Madura yang berbeda desa dan berbeda kabupaten melalui acara-acara tertentu seperti acara walimahan, takziyah, kunjungan lahiran dan beberapa acara yang membuat saya harus menghadiri rumah-rumah yang ada di desa dan kabupaten lainya.
Sebagai warga asli Madura, tentu saya mengetahui perubah-perubahan yang terjadi di Madura, baik dalam segi bangunan, adat bermasyarakat dan sebagainya. Maka dari itu, penulis mencoba menjelaskan apa yang terjadi di Madura terkait perubahan pembangunan adat rumah Madura sepanjang perkembangan zaman, hingga menjelang zaman modern saat ini, dan apa yang mempengaruhi perubahan ini, dan apa fungsinya.
Sebagaimana yang ditulis dalam buku Etnomatematika Adat Madura, rumah adat Madura disebut Tanean Lanjhang. Itu karena setiap bangunan yang ada di Madura pasti memiliki halaman rumah yang panjang di depannya yang dikelilingi rumah sanak kerabat dan dilengkapi dengan pembangunan Langgar (musala) dan kandang ternak.
Tidak jauh berbeda dari tulisan ini, namun ada bagian-bagian rumah yang telah berubah dari apa yang telah dipaparkan oleh penulis. Perubahan ini tidak hanya terjadi di satu desa saja, melainkan di desa-desa lain bahkan di kabupaten lain. Meskipun begitu, perubahan ini tentunya tidak merusak filosofi Tanean Lanjhang seperti yang sudah dijelaskan dalam buku tersebut.

Gambar di atas menunjukan gambar pembangunan rumah adat Madura sebelum ada pengaruh pembangunan dari luar. Dinding terbuat dari bambu dan terkesan tertutup. Ada beberapa tipe rumah adat zaman kuno di antaranya:
1. Trompesan
Rumah tipe trompesan adalah rumah yang atapnya mirp dengan rumah Jawa tipe Srotongan yang diberi cukit atau teritis di kedua sisinya.
2. Bangsal
Rumah tipe bangsal adalah rumah yang atapnya mirip dengan rumah Jawa tipe joglo yang sisi kiri dan kanannya dipotong dengan puncak dihiasi bentuk seperti kapal atau ular naga.
3. Pegun
Rumah tipe pegun atapnya mirip dengan bentuk rumah Jawa tipe limasan pacul-gowang.
4. Pancenan
Rumah pacenan merupakan rumah yang ada di Surabaya karena secara geografis berdekatan dengan Madura dan pemiliknya adalah orang pendatang dari China, sehingga dikenal dengan rumah pacenan atau Surabayan.
Tipe-tipe di atas merupakan tipe bangunan Madura zaman kuno atau sebelum ada pengaruh pembangunan dari luar. Akan tetapi seiring berjalnnya waktu, budaya pemabngunan atau tipe bangunan rumah Madura telah berubah. Ini tidak hanya terjadi di satu desa, melaiankan di berbagai desa bahkan di berbagai kabupaten.
Hal Ini dipengaruhi oleh imigrasi atau perpindahan orang Madura ke kota hingga ke negara lain dengan tujuan bekerja. Ada perubahan-perubahan tertentu pada bangunan rumah, namun tidak merusak filosofi Tanean Lanjhang. Di antara perubahan yang terjadi adalah :
1. bentuk bangunanya yang sebelumnya disebut persegi panjang, kini lebih ke persegi empat yang dilengkapi dengan tiga atau empat kamar.