Sektor pertanian masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di Bangkalan dengan 46,29 persen. “Namun peningkatan justru terjadi di sektor jasa yang naik 1,10 persen, menandakan adanya pergeseran struktur ekonomi lokal,” kata Wahyudin.
Sektor manufaktur hanya menyerap 15,15 persen pekerja, bahkan mencatat penurunan. “Ini menunjukkan perlunya revitalisasi industri agar bisa menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja,” jelasnya.
Pendidikan menjadi penentu penting dalam struktur pengangguran, dengan TPT tertinggi tercatat pada lulusan SMP sebesar 11,56 persen. “Artinya ada ketimpangan antara kompetensi lulusan menengah dengan kebutuhan pasar kerja,” tegas Wahyudin.
TPT lulusan SMA, SMK, dan perguruan tinggi mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. “Penurunan ini bisa menunjukkan bahwa kualitas lulusan mulai meningkat atau sektor formal mulai membuka lebih banyak kesempatan kerja,” tuturnya.
Namun, kelompok lulusan SD ke bawah dan SMP justru mengalami kenaikan TPT. “Keterbatasan keterampilan dan minimnya akses pelatihan membuat mereka sulit bersaing di pasar kerja yang makin selektif,” terang Wahyudin.
Ia menekankan perlunya strategi pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja, terutama pada kelompok rentan. “Pemerintah harus fokus pada pendidikan vokasional dan pelatihan berbasis kebutuhan industri lokal,” pungkas Wahyudin.