Defisit anggaran di Sampang tercatat Rp40 miliar atau 1,95 persen dari pendapatan, relatif rendah dibanding Sumenep yang defisit Rp240 miliar atau 9,27 persen. Pamekasan mencatat defisit Rp140 miliar (6,67 persen) dan Bangkalan Rp40 miliar (1,53 persen).
Hanya Pamekasan yang mencantumkan pembiayaan daerah, sebesar Rp140,35 miliar, menutup penuh defisit belanjanya. Sampang, Bangkalan, dan Sumenep tidak mencatat pembiayaan, mengandalkan efisiensi atau sisa anggaran tahun sebelumnya.
Rasio belanja terhadap pendapatan di Sampang sebesar 101,9 persen, menandakan keseimbangan yang relatif stabil. Sebagai perbandingan, Bangkalan mencatat 101,5 persen, Pamekasan 106,7 persen, dan Sumenep 109,3 persen.
Stabilitas anggaran Sampang memang terlihat lebih terjaga, tetapi kapasitas fiskalnya masih lemah dibanding tiga kabupaten lainnya. Ketimpangan ini bisa berdampak pada kemampuan pembangunan dan pelayanan publik jangka panjang.
Bangkalan menunjukkan posisi kuat dalam pendapatan tanpa mengandalkan pembiayaan, mengindikasikan kehati-hatian fiskal. Sumenep, dengan anggaran terbesar, menunjukkan potensi ekspansi pembangunan lebih besar daripada kabupaten lainnya.
Pamekasan mengambil langkah berani dengan menutup defisit melalui pembiayaan, menandakan pola fiskal yang agresif. Sementara itu, posisi Sampang mengisyaratkan perlunya perhatian khusus dari pemerintah pusat agar kesenjangan anggaran tidak semakin melebar.
