Dalam sejarah astronomi kuno, satu nama tokoh bersinar di zaman itu: Aristarkhos dari Samos. Dia bukan hanya seorang astronom biasa, tetapi seorang pemikir yang mengubah paradigma tentang alam semesta. Dengan visi yang jauh, karya-karyanya menjadi pijakan penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Aristarkhos, seorang astronom luar biasa ini, lahir di Pulau Samos, sebuah pulau di Yunani, pada sekitar tahun 310 SM dan meninggal dunia pada usia 79/80 tahun di Aleksandria Mesir sekitar 230 SM.
Meskipun sedikit yang diketahui tentang kehidupan pribadinya, namanya menghiasi lembaran sejarah ilmu pengetahuan kuno sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam astronomi klasik. Aristarkhos dikenal karena kontribusinya yang revolusioner terhadap pemahaman alam semesta.
Aristarkhos terkenal karena teorinya tentang heliosentris, suatu konsep yang menjelaskan bahwa matahari adalah pusat alam semesta, dengan planet-planet mengorbitnya. Pada zamannya, kebanyakan orang percaya bahwa bumi berada di pusat alam semesta.
Namun, Aristarkhos menantang keyakinan itu dengan berani mengusulkan model heliosentris tata surya (antitesa model geosentris tata surya) yang mengejutkan. Meskipun ide tersebut tidak sepenuhnya diterima pada zamannya, kontribusinya menjadi pijakan penting bagi revolusi ilmiah yang akan datang.
Selain itu, Aristarkhos juga terlibat dalam pengukuran jarak dan ukuran relatif antara bumi, matahari, dan bulan. Dia menggunakan metode bayangan bumi di bulan selama fase bulan purnama untuk menghitung ukuran dan jarak relatif antar ketiga benda langit itu. Meskipun perkiraannya tidak akurat seperti yang kita ketahui sekarang, pendekatannya menunjukkan kecerdasannya dalam mencoba memahami kompleksitas alam semesta.