Ia menilai bahwa Pemkab Sampang belum memiliki sistem pengendalian banjir yang terstruktur dan efektif atasi banjir. “Sampai hari ini, belum ada rezim pemerintahan di Sampang yang benar-benar tuntas menangani persoalan banjir,” tambahnya.
Menurutnya, solusi yang diperlukan bukan hanya teknis, tetapi juga bersifat sistemik dan jangka panjang. “Kita perlu manajemen tata air yang terintegrasi dari hulu ke hilir, bukan proyek tambal sulam,” jelas Wahyudi.
Ia juga mengusulkan agar Pemkab Sampang menggandeng perguruan tinggi dan komunitas masyarakat untuk merancang solusi berbasis sains dan data. “Penting melibatkan akademisi agar solusi tidak hanya berbasis proyek, tapi juga riset,” katanya.
Selain itu, Wahyudi menyoroti pentingnya edukasi lingkungan kepada masyarakat. “Kalau masyarakat tidak diajak peduli terhadap lingkungan dan sungai, maka banjir akan terus datang,” ujarnya.
Kerugian akibat banjir bukan hanya pada transportasi, tetapi juga ekonomi masyarakat yang ikut terganggu. Aktivitas usaha kecil hingga sektor pendidikan menjadi korban rutin setiap musim hujan.
Wahyudi berharap ke depan ada kemauan politik yang kuat dari pemerintah daerah. “Selama tidak ada komitmen serius, Sampang akan terus jadi langganan banjir setiap tahun,” tutupnya.