Jakarta – Piala Presiden 2025 akan mulai digelar, namun semangat kompetisi sudah terasa sejak jauh hari lewat voting pemain Liga Indonesia All Star. Berdasarkan informasi resmi dari PSSI, proses pemilihan pemain ini dimulai sejak Jumat malam, 20 Juni 2025, dan berlangsung hingga 26 Juni 2025.
Sebanyak 55 nama telah ditetapkan sebagai calon anggota skuad All Star, dan publik diminta menentukan siapa yang layak masuk dalam daftar akhir berisi 30 pemain. Pemilihan dilakukan secara daring melalui situs resmi turnamen yang memberikan akses mudah bagi para penggemar.
Format voting pemain dirancang agar setiap penggemar dapat memilih satu pemain untuk setiap posisi: kiper, bek, gelandang, dan penyerang. Setelah memilih, sistem akan mengirimkan notifikasi ke email pengguna sebagai bukti partisipasi yang sah.
Turnamen Piala Presiden 2025 akan berlangsung dari 6 hingga 13 Juli, dengan dua stadion legendaris menjadi panggung utama: Si Jalak Harupat di Bandung dan SUGBK di Jakarta sebagai lokasi pembukaan. Kehadiran dua tim luar negeri—Oxford United dari Inggris dan Port FC dari Thailand—menambah nuansa internasional kompetisi ini.
Liga Indonesia All Star tergabung di Grup A bersama Arema FC dan Oxford United, menyajikan potensi laga penuh gengsi sejak fase awal. Di Grup B, Persib Bandung akan bersaing dengan Dewa United dan Port FC dalam perebutan tiket ke semifinal.
Panitia menyebutkan bahwa juara turnamen akan membawa pulang hadiah uang sebesar Rp5,5 miliar, sementara posisi runner-up, ketiga, dan keempat masing-masing mendapatkan Rp3 miliar, Rp2 miliar, dan Rp1 miliar. Angka-angka ini menunjukkan bahwa selain prestise, Piala Presiden juga menjanjikan keuntungan finansial yang besar.
Tata cara voting yang ketat dan satu suara per posisi memastikan hasil akhir tidak hanya populer tetapi juga adil. Meski hasilnya tidak diumumkan ke publik, keputusan akan dipegang penuh oleh panitia dengan sistem pengamanan yang telah diuji.
Melalui langkah ini, penyelenggara ingin menekankan pentingnya keterlibatan publik dalam sepak bola nasional yang terus berkembang. Pemungutan suara ini menjadi simbol demokrasi dalam olahraga—suara penggemar kini ikut menentukan siapa yang akan bersinar di lapangan.