PPB dan Pangkas Rakyat mengalihkan perjuangan ke ranah spiritual karena menilai persoalannya bukan lagi soal pendengaran atau komunikasi. Mereka menduga hati para pemimpin di Kabupaten Bangkalan masih tertutup dari suara rakyat
“Kami melakukan doa bersama… mudah-mudahan membuka hati dan melakukan amanah yang diberikan masyarakat seperti semestinya,” lanjut Rajib. Harapan besar disematkan pada kekuatan doa yang tulus.
Aksi ini menjadi bentuk kritik halus namun tegas kepada para pemimpin daerah. PPB ingin menunjukkan bahwa perjuangan tidak hanya lewat orasi, tapi juga lewat kekuatan spiritualitas.
Hari Buruh yang biasanya identik dengan demonstrasi kini memiliki wajah baru di Bangkalan. Warga tak hanya menuntut hak, tetapi juga berdoa agar pemimpin mereka kembali pada jalur amanah.
PPB menegaskan bahwa gerakan ini bukan bentuk penyerahan, melainkan cara lain untuk mengetuk kesadaran para pemangku kebijakan. Dengan cara ini, mereka ingin mengembalikan nilai-nilai kepemimpinan yang adil dan berpihak pada rakyat.
Aksi istighosah ini diakhiri dengan harapan agar sinyal spiritual ini mampu menembus tembok kebekuan di jajaran pemimpin Bangkalan. Mereka percaya perubahan bisa dimulai dari hati yang tersentuh.
