DPR Soroti Ancaman Hilirisasi Nikel terhadap Keindahan Raja Ampat

Madurapers
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Evita Nursanty
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Evita Nursanty (Sumber Foto: Dok/Andri, via Parlementaria, 2025).

Jakarta – Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty, menyoroti serius potensi kerusakan terumbu karang akibat lalu lintas tongkang pengangkut nikel. Ia mendesak pemerintah agar tidak mengorbankan pariwisata strategis demi hilirisasi yang dinilai timpang.

“Satu kapal tongkang lewat, bisa bikin rusak satu ekosistem karang. Apa kita sudah siap kehilangan spot diving terbaik dunia karena lalu lintas logistik nikel?” Ujar Evita, menekankan risiko besar yang mengancam kekayaan alam Indonesia, kutip Parlementaria, Rabu (11/06/2025).

Evita juga menegaskan bahwa konsep nilai tambah tidak hanya bergantung pada pengolahan mineral. Ia memandang pariwisata sebagai bentuk hilirisasi yang berkelanjutan, mengubah alam dan budaya menjadi devisa.

“Tapi bedanya, pariwisata tidak merusak. Nikel bisa habis, tapi panorama Raja Ampat bisa memberi makan rakyatnya sampai generasi turun menurun jika dikelola dengan bijak,” jelas Evita, membandingkan dampak kedua sektor tersebut.

Sebagai contoh, Evita menyoroti Swedia yang membatasi aktivitas pertambangan di wilayah konservasi seperti Laponia, Situs Warisan Dunia UNESCO. Padahal, daerah tersebut memiliki potensi bijih besi yang signifikan.

Pembatasan ini dilakukan karena Laponia merupakan rumah bagi Taman Nasional Abisko dan wilayah tradisional penduduk asli Sami, yang hidup bergantung pada peternakan rusa, perikanan, dan kerajinan tangan. Evita berpendapat Indonesia seharusnya menerapkan pertimbangan serupa.

Evita menegaskan pentingnya melindungi wilayah konservasi yang memiliki nilai lebih dari sekadar kekayaan alam. Ia menekankan bahwa di sana terdapat masyarakat adat yang harus dilindungi juga.