“Sempat saya sampaikan kepada pihak BNI, buat apa saya pinjam uang miliaran rupiah kan waktu itu saya masih jadi karyawan ,” tegas sumber media ini yang menjadi korban skandal dugaan manipulasi kredit tersebut.
“Oleh sebab itu saya minta datangkan atasan saya dan istrinya untuk menyampaikan kesaksian terkait dana pinjaman tersebut, agar masalah tersebut cepat selesai,” imbuhnya.
Namun sayangnya, menurut sumber media ini, segala saran yang ia sampaikan tak dihiraukan oleh pihak BNI. Alih-alih melakukan pemanggilan, ia kembali diminta oleh pihak BNI untuk menjual tanah yang dijadikan sebagai jaminan pinjaman dana tersebut.
“Saya sempat kaget, jika tanah tersebut sudah diatas namankan saya dari pihak BNI dan diminta untuk dijual untuk melunasi angsuran. Tentu saya tidak berani menjual, karena bukan tanah saya,” tegasnya.
“Lagipula BNI kok resah, padahal agunan berupa tanah sudah ditaksir harga tanah sesuai atau tidak dengan jumlah akan dipinjamkan. Padahal, yang saya tahu kondisi tanah berupa pegunungan dan tidak cukup untuk melunasi pinjaman dana tersebut,” ulasnya.
Parahnya lagi, dirinya kembali mendapatkan kabar jika ada pemecatan Pimpinan BNI Sumenep dan penurunan pangkat kepada beberapa oknum yang terlibat dalam kasus dugaan manipulasi kredit tersebut.
“Dalam kasus ini, jelas saya dimanfaatkan dan saya merasa dirugikan. Makanya, sepeserpun saya tidak akan bayar ke BNI. Karen saya tidak menggunakan uang tersebut,” pungkasnya.
Sementara itu, jurnalis media ini berupaya melakukan konfirmasi kepada Pimpinan BNI Cabang Sumenep terkait dugaan manipulasi kredit makro yang berpotensi merugikan uang negara tersebut.
Namun sayangnya pihak bersangkutan sedang ke luar kota dan sejumlah jurnalis diminta kembali pada Senin (22/07/2024) mendatang.
“Pimpinan saat ini menemui tamu dan akan berangkat ke luar. Silahkan datang kembali hari Senin depan,” kata salah satu petugas Satpam BNI Sumenep.
