Tokoh  

Duta Besar Indonesia untuk Iran dari Era Pemerintahan Soekarno hingga Prabowo Subianto

Madurapers
Abdul Kadir, duta besar pertama Indonesia untuk negara Iran, di era Pemerintahan Presiden Soekarno, dan duta besar era pemerintahan setelahnya hingga era Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Abdul Kadir, duta besar pertama Indonesia untuk negara Iran, di era Pemerintahan Presiden Soekarno, dan duta besar era pemerintahan setelahnya hingga era Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. (Foto: Istimewa)

Jakarta – Sejarah hubungan diplomatik Indonesia dan Iran menunjukkan perjalanan panjang dari era Presiden Soekarno hingga masa pemerintahan Prabowo Subianto. Duta besar menjadi ujung tombak dalam memperkuat kerja sama kedua negara.

Pada masa pemerintahan Soekarno, Indonesia diwakili oleh Abdul Kadir dari 1950 hingga 1952. Kemudian, Rasjidi menjabat dari 1952 sampai 1954, mempererat hubungan politik dan ekonomi. Mahmoud Lamako Latjuba menjadi duta dari 1955 hingga 1957, menandai awal kerjasama yang lebih intensif.

M. Bachmid melanjutkan tugas dari 1957 hingga 1962, memperluas jejaring diplomasi Indonesia di Iran. Setelah masa reformasi, B. S. Arifin menjadi duta dari 1964 sampai 1967, memperkuat komunikasi di tengah perubahan politik global.

Era pemerintahan Soeharto membawa perubahan besar, dengan H. Zainul Arifin Usman menjabat dari 1967 hingga 1972. R. Achsien Alwi Ahuhakar melanjutkan dari 1972 sampai 1976, meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi dan budaya. Nasrun Syahrun memegang peran dari 1976 hingga 1979, mempererat hubungan bilateral.

Imam Soepomo menjadi duta dari 1980 sampai 1982, selama masa pembangunan hubungan yang lebih strategis. Mohamad Sabir dari 1983 hingga 1986 memperkuat posisi Indonesia di Iran, diikuti oleh H. Ibrahim Jasin dari 1986 sampai 1990. Bambang Sudarsono menjabat dari 1990 hingga 1994, memperluas jejaring diplomasi.