Lebih jauh, Wamenpar menyampaikan bahwa GWB merupakan bagian dari strategi yang lebih besar. Paket wisata 3B—Banyuwangi, Bali Barat, dan Bali Utara—dikembangkan untuk mengundang 10 persen dari total wisatawan yang berkunjung ke Bali.
“Kita pilih (GWB) di Bali Utara selain karena ada paket wisata 3B yang terus kami dorong, juga karena Lovina ini juga adalah center-nya Bali Utara. Saya ingin memperkuat posisi Lovina sebagai center-nya (destinasi) Bali Utara ini,” tuturnya sambil menyoroti pentingnya penguatan identitas kawasan.
Sebanyak 500 peserta dari berbagai elemen masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan GWB di Pantai Lovina. Mereka membersihkan kawasan pesisir dan mengumpulkan sampah untuk dipilah dan diolah sesuai standar pengelolaan sampah terpadu.
Ni Luh Puspa berharap, gerakan ini tak berhenti pada seremoni semata. Ia menginginkan GWB tumbuh sebagai tradisi bulanan yang memperkuat kolaborasi antara pemerintah, industri, komunitas, dan wisatawan.
“Saya bermimpi bagaimana kalau setiap destinasi yang diaktivasi GWB bisa setiap bulan melakukan kegiatan bersih-bersih, tidak hanya bersama masyarakat, pelaku industri, tapi juga mengajak wisatawan,” ujar Wamenpar dalam pernyataan penuh visi.
Acara ini turut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Staf Ahli Gubernur Bali, Wayan Ekadina; Sekda Buleleng, Gede Suyasa; serta pelaku industri pariwisata dan komunitas pemerhati lingkungan. Kolaborasi ini menunjukkan keseriusan lintas sektor dalam mewujudkan ekosistem pariwisata yang sehat.
Wamenpar didampingi oleh pejabat tinggi Kemenpar, termasuk Sekretaris Kementerian Bayu Aji dan Deputi Destinasi Hariyanto. Kehadiran mereka menegaskan bahwa transformasi pariwisata tak bisa dijalankan setengah hati.
Gerakan Wisata Bersih di Pantai Lovina bukan sekadar kegiatan rutin bersih-bersih. Ia mencerminkan perubahan paradigma dalam menata ulang peta pariwisata nasional secara lebih adil, berkualitas, dan lestari.
