Selain itu, konsumsi gula dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan resistensi insulin, yang merupakan ciri khas diabetes tipe 2.
Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespons insulin dengan baik, yang mengakibatkan peningkatan kadar gula dalam darah. Jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik, dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2, yang dapat memiliki dampak serius pada kesehatan seseorang.
Penambahan pemanis tinggi dalam susu juga dapat berkontribusi pada masalah kesehatan gigi. Gula dalam susu dapat memberikan lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk berkembang, menyebabkan kerusakan gigi dan pembentukan karies. Ini menjadi masalah khususnya pada anak-anak yang cenderung lebih suka minuman yang manis.
Selain risiko kesehatan jangka panjang, konsumsi susu dengan pemanis tinggi juga dapat menyebabkan masalah sehari-hari seperti energi yang tidak stabil.
Gula memberikan lonjakan energi singkat, namun diikuti oleh penurunan tajam dalam tingkat energi. Ini dapat memengaruhi konsentrasi dan produktivitas seseorang, terutama pada anak-anak di sekolah.
Penting untuk diingat bahwa bukan hanya gula tambahan yang bisa menjadi masalah, tetapi juga penggunaan pengganti gula seperti aspartam atau sukralosa.
Meskipun pengganti gula ini memiliki sedikit atau tanpa kalori, mereka masih dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jangka panjang dari pengganti gula tertentu dapat terkait dengan risiko penyakit tertentu dan perubahan metabolisme.
Secara menyeluruh, jika pasangan Prabowo-Gibran memutuskan untuk menyediakan susu gratis yang mengandung pemanis buatan, ini berpotensi menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan masyarakat.
Keputusan tersebut dapat menghadirkan risiko yang lebih serius, seperti peningkatan potensi obesitas, resistensi insulin yang dapat memicu masalah kesehatan metabolik, gangguan kesehatan gigi akibat konsumsi gula tambahan, dan ketidakstabilan energi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan umum.
