Menurut Slamet, momentum Hari Batik Nasional harus dimanfaatkan untuk memperkuat diplomasi budaya Indonesia di mata dunia.
Ia mendorong pelaku industri batik agar terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi digital dalam pemasaran global.
“Batik sudah menembus pasar internasional. Batik Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Cirebon, hingga Batik Madura, termasuk Batik Genthongan dari Tanjung Bumi, telah menjadi primadona di dalam maupun luar negeri. Dengan inovasi digital, pasar batik Indonesia bisa semakin luas,” jelasnya.
Politikus muda yang dikenal vokal ini menegaskan bahwa pelestarian batik harus menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat.
“Batik adalah identitas bangsa sekaligus kebanggaan nasional. Kita harus memastikan warisan budaya ini terus hidup dan diwariskan ke generasi mendatang,” pungkasnya.