Jakarta – Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia pada Februari 2025 mengalami deflasi sebesar 0,48 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Secara tahunan, IHK juga mengalami deflasi 0,09 persen, turun dari inflasi 0,76 persen pada Januari 2025.
Deflasi ini terutama disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok administered prices dan volatile food. Tarif listrik serta harga daging ayam ras, bawang merah, dan aneka cabai menjadi penyumbang utama penurunan harga.
Bank Indonesia terus berkomitmen menjaga stabilitas harga dengan memperkuat sinergi bersama Pemerintah. Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah menjadi salah satu strategi untuk menekan inflasi.
Inflasi inti tetap terjaga rendah dengan kenaikan hanya 0,25 persen pada Februari 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,30 persen.
Beberapa komoditas seperti emas perhiasan, kopi bubuk, dan mobil menyumbang kenaikan inflasi inti. Secara tahunan, inflasi inti mencapai 2,48 persen, naik dari 2,36 persen pada Januari 2025.
Kelompok volatile food mengalami deflasi 0,93 persen akibat turunnya harga beberapa bahan pangan utama. Penurunan biaya produksi pakan ternak dan meningkatnya produksi hortikultura turut berkontribusi pada deflasi ini.
Secara tahunan, kelompok volatile food mencatat inflasi 0,56 persen, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 3,07 persen. Sinergi antara Bank Indonesia, TPIP, dan TPID diharapkan mampu menjaga inflasi kelompok ini tetap terkendali.
Kelompok administered prices juga mencatat deflasi 2,65 persen pada Februari 2025. Kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen bagi pelanggan rumah tangga menjadi faktor utama penurunan harga.