Jakarta – Inflasi di Indonesia pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87 persen secara tahunan, mencerminkan tekanan harga yang relatif terkendali di tengah penyesuaian ekonomi. Secara bulanan, inflasi mencapai 0,19 persen, sementara sejak awal tahun hingga Juni tercatat 1,38 persen, menurut data rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (01/07/2025).
Artinya, inflasi tahunan Indonesia tetap terkendali pada Juni 2025, dengan angka year-on-year (y-on-y) sebesar 1,87 persen dan Indeks Harga Konsumen (IHK) di level 108,27. BPS dalam rilisnya menggarisbawahi bahwa meskipun angka nasional stabil, disparitas antarwilayah kian tajam.
Papua Selatan mencatat inflasi y-on-y tertinggi antarprovinsi sebesar 3,00 persen, sementara Sumatera Barat mencatat yang terendah dengan hanya 0,45 persen. Perbedaan pola konsumsi, distribusi logistik, dan dinamika harga lokal menjadi faktor utama perbedaan ini.
Di sisi lain, dua provinsi mencatat deflasi y-on-y: Papua Barat memimpin dengan penurunan harga sebesar 0,67 persen, disusul Bengkulu dengan 0,10 persen. Kedua wilayah menunjukkan tekanan harga yang longgar, sebagian karena lemahnya permintaan domestik.
Ketimpangan yang lebih mencolok terlihat di level kabupaten dan kota. Luwuk mengalami inflasi y-on-y tertinggi di Indonesia dengan lonjakan 4,00 persen, menjadikan IHK-nya 112,25—tertinggi secara nasional. Sementara itu, Kota Tanjung Pinang hampir tak mencatatkan perubahan harga, dengan inflasi y-on-y hanya 0,07 persen.
Mukomuko mengalami deflasi terdalam secara nasional sebesar 1,34 persen, memperlihatkan lemahnya daya beli di kabupaten tersebut. Kabupaten Karimun juga mencatat deflasi, meski tipis, sebesar 0,15 persen. Ketimpangan ini memberi sinyal bahwa kebijakan moneter dan fiskal masih belum meresap secara merata.
Secara bulanan, inflasi month-to-month (m-to-m) Juni 2025 tercatat 0,19 persen—menunjukkan tekanan harga yang tetap moderat. Angka inflasi year to date (y-to-d) hingga pertengahan tahun mencapai 1,38 persen, memperkuat prediksi bahwa inflasi tahunan akan tetap dalam target.
Komponen inti, indikator yang lebih stabil dan mencerminkan ekspektasi jangka panjang, mencatat inflasi y-on-y sebesar 2,37 persen. Angka ini menunjukkan tekanan inflasi struktural yang relatif rendah, meskipun naik sedikit dibandingkan bulan sebelumnya.
Ketimpangan regional dalam inflasi bukan hanya mencerminkan persoalan distribusi, tetapi juga potensi kegagalan kebijakan harga yang terlalu sentralistik. Pemerintah perlu mengawasi secara cermat daerah-daerah dengan inflasi ekstrem agar kestabilan harga tetap terjaga secara nasional.