Tak berhenti di pangan olahan, HKP kali ini juga menampilkan inovasi budidaya pertanian. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah teknik menanam padi dalam galon air mineral—solusi cerdas bagi masyarakat di lahan sempit.
“Inovasi sederhana ini menunjukkan bahwa keterbatasan bukan halangan. Justru di sinilah peran kreativitas muncul untuk menjawab tantangan,” ujar pria yang akrab disapa Inong.
Lebih dari sekadar festival pertanian, kegiatan ini menjadi ajang memperkuat hubungan emosional antara pemerintah daerah dan para pelaku pertanian.
Inong menegaskan bahwa pemerintah harus hadir bersama petani, bukan sekadar sebagai regulator, tapi juga sebagai mitra.
“Petani tidak boleh berjalan sendiri. Pemerintah harus menjadi bagian dari proses mereka. Semangat gotong royong inilah pondasi kedaulatan pangan,” tegasnya.
Ia juga mendorong dukungan penuh kepada KWT dan Kelompok Tani (KT) dalam bentuk pelatihan inovasi, akses pasar, dan modal usaha. Kehadiran bazar pangan lokal pun menjadi sarana promosi yang efektif bagi produk desa untuk menembus pasar lebih luas.
“Dari kegiatan ini kita belajar bahwa singkong dan hasil kebun lainnya bisa diolah menjadi produk ekonomi yang menjanjikan. Ini bukan hanya soal budaya, tapi juga arah masa depan pertanian kita,” pungkas Inong.