Sebaliknya, ASN dengan pendidikan terendah yaitu lulusan SD hanya menyumbang sekitar 0,5 persen dari total ASN. Jumlahnya menurun sedikit dari 32 menjadi 31 orang, nyaris tak berdampak secara struktural namun tetap mencerminkan kesenjangan.
Perbandingan antara lulusan Sarjana-Doktor dan SD menunjukkan selisih mencolok, yakni 4.621 orang pada 2023 dan 4.379 orang pada 2024. Jurang ini mencerminkan betapa dominannya ASN berpendidikan tinggi dalam struktur birokrasi, yang berarti ada peningkatkan kualitas SDM ASN Sampang.
Namun dominasi tersebut tak serta-merta menjamin peningkatan mutu pelayanan dan birokrasi jika tidak dibarengi dengan regenerasi dan pelatihan yang memadai. Turunnya jumlah ASN terdidik justru bisa menjadi ancaman serius bagi kualitas pelayanan.
Pemerintah dan Pemkab Sampang harus mulai memikirkan kebijakan rekrutmen yang lebih adaptif dan berkelanjutan. Ketimpangan pendidikan ASN harus menjadi alarm bagi perbaikan sistem pengelolaan ASN Sampang secara menyeluruh.
Tanpa penanganan yang cermat, penurunan ini bisa menjadi awal dari kemunduran kualitas pemerintahan lokal. Perlu ada langkah konkret agar birokrasi Sampang tidak kehilangan daya saingnya dalam melayani masyarakat.
