“Ekspor kopi Jatim ke Uni Eropa masih kalah jauh dengan Vietnam karena jalur distribusi menggunakan transportasi laut. Kalau Vietnam kan lewat darat, jadi lebih murah. Kita kalah bersaing karena besarnya biaya distribusi,” kata Edi.
Lebih lanjut, “Ini kita coba bicarakan dengan pak Dubes bagaimana solusinya. Kita ingin meningkatkan pendapatan petani agar kesejahteraan mereka juga ikut terangkat,” kata Edi.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Kadin Kabupaten Malang Priyo Sudibyo mengatakan, Kabupaten Malang memang salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Jatim.
Dari total luas lahan kopi di Jatim yang mencapai 113.330 hektar, terbesar berada di Kabupaten Malang yaitu sekitar 28,1 persen yang tersebar di 30 kecamatan.
Selain kopi Amstirdam dan Dampit, saat ini beberapa kecamatan lain di Kabupaten Malang juga terus menunjukkan pamornya. Artinya wilayah tersebut semakin dikenal sebagai sentra penghasil kopi. Seperti di Wonosari, Ngantang, Lawang dan Singosari.
Hal ini menjadi bukti bahwa kopi menjadi salah satu komoditas utama Kabupaten Malang yang masih terus berkembang.
Di Kecamatan Wonosari kaki gunung Kawi misalnya, ada sekitar 100 hektar lahan kopi dengan rata-rata produksi sebesar 1000 ton per panen yang mampu menyerap 1200 pekerja.
Namun selama ini petani kopi di Wonosari menjual produksi kopi mereka dalam bentuk mentah ke perusahaan lokal.
“Justru perusahaan ini yang mendapatkan untung lebih banyak, sementara petani untungnya sedikit. Kadin akan berupaya menjembatani mereka untuk bisa ekspor sendiri,” kata Priyo Sudibyo.