Ketimpangan Fasilitas Pendidikan di Pamekasan 2024: Proppo Melaju, Pasean Tertinggal

Madurapers
Ilustrasi fasilitas pendidikan (SD - Perguruan Tinggi) di Kabupaten Pamekasan tahun 2024. Data BPS Pamekasan yang diperbarui pada 7 Februari 2025 mencatat total 532 lembaga pendidikan, dengan jenjang sekolah dasar mendominasi. Kecamatan Proppo tercatat sebagai wilayah dengan jumlah fasilitas pendidikan terbanyak.
Ilustrasi fasilitas pendidikan (SD - Perguruan Tinggi) di Kabupaten Pamekasan tahun 2024. Data BPS Pamekasan yang diperbarui pada 7 Februari 2025 mencatat total 532 lembaga pendidikan, dengan jenjang sekolah dasar mendominasi. Kecamatan Proppo tercatat sebagai wilayah dengan jumlah fasilitas pendidikan terbanyak.(Sumber Foto: Madurapers, 2025)

Palengaan mencatatkan keunggulan dengan jumlah SMA dan SMK yang sama-sama tinggi, memperlihatkan perhatian terhadap dua jalur pendidikan menengah. Sementara itu, Larangan menunjukkan dominasi SMA dibanding jenjang lainnya, tetapi nihil dalam pendidikan tinggi.

Kecamatan seperti Galis dan Pakong menunjukkan keterbatasan hampir di semua jenjang pendidikan, memberikan tantangan besar bagi pemerataan akses pendidikan. Padahal, pendidikan dasar dan menengah merupakan pondasi untuk pembangunan wilayah jangka panjang.

Waru dan Batu Marmar menunjukkan komposisi lembaga yang cukup merata di semua jenjang, meskipun tidak menduduki posisi puncak dalam jumlah. Keseimbangan seperti ini menjadi model distribusi yang bisa ditiru oleh kecamatan lain.

Pademawu dan Tlanakan memiliki jumlah SD yang cukup tinggi, namun kurang berimbang dengan lembaga lanjutan seperti SMK dan Perguruan Tinggi. Ini menunjukkan kebutuhan untuk memperkuat jenjang atas di wilayah dengan populasi sekolah dasar tinggi.

Pegantenan dan Kadur tampil moderat, dengan jumlah lembaga yang cukup di semua jenjang tanpa dominasi tertentu. Kombinasi seperti ini menawarkan stabilitas, namun membutuhkan dukungan agar tidak tertinggal dalam pengembangan fasilitas baru.

Distribusi fasilitas pendidikan yang timpang memicu tantangan dalam mobilitas sosial dan pemerataan kualitas hidup. Jika kecenderungan ini berlanjut, beberapa wilayah bisa terjebak dalam ketertinggalan struktural di bidang pendidikan.