Beberapa kecamatan lain, seperti Giligenting, Talango, dan Kalianget, juga mengikuti pola penurunan pada tahun 2022 diikuti oleh peningkatan pada tahun 2023. Namun, jumlah koperasi aktif mereka kembali merosot pada tahun 2024.
Kota Sumenep, sebagai pusat wilayah, juga tidak luput dari gejolak ini. Setelah puncaknya di tahun 2023, jumlah koperasi aktif di Kota Sumenep mengalami penurunan yang cukup besar pada tahun berikutnya.
Kecamatan dengan penurunan paling mencolok di tahun 2024 setelah lonjakan di tahun 2023 termasuk Batuan, Ganding, dan Guluk Guluk. Mereka kehilangan sebagian besar peningkatan yang sudah dicapai sebelumnya.
Fenomena ini menunjukkan tantangan besar bagi keberlanjutan koperasi di Kabupaten Sumenep. Berbagai faktor mungkin berkontribusi terhadap penurunan ini, termasuk kondisi ekonomi dan dukungan terhadap koperasi.
Meskipun demikian, beberapa koperasi binaan provinsi dan nasional menunjukkan stabilitas. Koperasi binaan provinsi dan nasional berhasil mempertahankan jumlah unitnya, menunjukkan ketahanan yang lebih baik.
Data ini mengindikasikan perlunya evaluasi mendalam terhadap program pengembangan koperasi di Sumenep. Upaya revitalisasi harus mempertimbangkan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan tersebut untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep dan pemangku kepentingan terkait perlu merumuskan strategi yang efektif. Mereka harus mengatasi akar masalah penurunan jumlah koperasi aktif demi mendorong perkembangan koperasi yang lebih stabil dan berkelanjutan di masa depan.
