Fenomena urbanisasi terus menarik arus migrasi dari desa ke kota, mempercepat penumpukan populasi di pusat-pusat ekonomi. Di sisi lain, desa-desa di kawasan tapal kuda potensial mulai mengalami kekosongan usia produktif.
Tantangan demografi ini tak sekadar soal angka, tetapi juga menyangkut kualitas hidup dan pembangunan berkelanjutan. Pemerintah daerah harus mempercepat intervensi kebijakan berbasis data untuk menghindari krisis ruang dan sumber daya.
Untuk itu pentingnya investasi pada sektor pendidikan dan kesehatan agar lonjakan penduduk menjadi potensi, bukan beban. Keseimbangan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat dimanfaatkan dalam strategi pemberdayaan masyarakat.
Jawa Timur tidak bisa mengandalkan pertumbuhan ekonomi semata untuk meredam dampak demografis. Sinergi antarlembaga, termasuk pelibatan akademisi dan masyarakat sipil, menjadi kunci dalam mengelola ledakan senyap ini.
Data dari BPS Jawa Timur bukan sekadar deretan angka, melainkan peringatan dini tentang masa depan yang harus dipersiapkan dengan cermat. Di balik statistik yang tenang, tersimpan tantangan besar yang mendesak untuk dihadapi sekarang.