Mengenal Pengobatan berbasis Genetik: Masa depan dunia medis

Foto Given Exaudi Girsang

SEMUA orang pasti tahu untuk mengonsumsi obat jika dalam keadaan sakit. Tapi, tahukah kamu bagaimana obat yang biasanya kamu konsumsi bekerja dalam tubuhmu?

Tentu saja, terdapat banyak jenis obat yang bervariasi mulai dari kebutuhan penyakit, cara konsumsi hingga cara kerjanya di dalam tubuh. Namun, saat ini, hampir seluruh pengobatan di Indonesia dilakukan dengan pendekatan farmakologis.

Artinya, obat dirancang untuk masuk ke dalam tubuh untuk menghambat atau mendorong suatu proses dalam metabolisme sel. Misalnya, paracetamol yang biasa kamu dikonsumsi sebagai obat demam bekerja dengan menghambat pembentukan prostaglandin, sebuah molekul protein yang bekerja pada hipotalamus sehingga mengakibatkan naiknya suhu tubuh (demam).

Sayangnya, pengobatan dengan pendekatan farmakologis ini memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan. Pengobatan farmakologis seringkali mengakibatkan efek samping pagi pasien yang mengonsumsinya, mulai dari gejala yang ringan hingga yang sangat parah.

Efek samping berupa mengantuk mungkin masih bisa ditoleransi oleh pasien, tapi bagaimana dengan efek samping kemoterapi yang menyebabkan pasien menjadi mual muntah, sariawan, nyeri hingga mengalami kebotakan?

Selain itu, pengobatan farmakologis memberikan obat dan terapi yang sama pada seluruh penderita penyakit yang sama. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang seringkali menunjukkan respon berbeda terhadap obat dan terapi tertentu dikarenakan perbedaan genetik.

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca