Setelah meninggalkan dunia akademis, Al-Ghazali memulai perjalanan spiritual yang intensif. Dia mengembara dan tinggal di tempat-tempat yang terpencil, menjalani kehidupan yang sangat sederhana dan asketis. Selama masa ini, dia merenungkan hubungan antara manusia dan Tuhan serta mengejar pengalaman mistis yang mendalam.
Salah satu karya paling terkenal Imam Al-Ghazali adalah “Ihya Ulum al-Din” (The Revival of Religious Sciences), sebuah karya monumental yang mencakup berbagai aspek kehidupan spiritual dan moral dalam Islam. Dalam karya ini, Al-Ghazali menguraikan prinsip-prinsip ajaran agama, etika, dan praktek spiritual secara mendalam dan bersemangat.
Selain itu, Al-Ghazali juga menulis banyak karya penting lainnya, termasuk “Tahaful al-Falsafa” (The Incoherence of the Philosophers) yang mengkritik pandangan filosofis yang bertentangan dengan ajaran Islam, serta “Kimiya-ye Sa’adat” (The Alchemy of Happiness) yang membahas tentang pencarian kebahagiaan dan kedamaian melalui pengenalan diri dan hubungan dengan Tuhan.
Warisan Al-Ghazali dalam pemikiran Islam sangat luas dan berkelanjutan hingga saat ini. Karya-karyanya terus menjadi sumber inspirasi bagi para cendekiawan, mistikus, dan pemikir Islam di seluruh dunia. Pemikiran Al-Ghazali tentang masalah-masalah seperti iman, akal, dan cinta kepada Tuhan terus mempengaruhi pembahasan dalam tradisi intelektual Islam.
Selain itu, kontribusi Al-Ghazali terhadap rekonsiliasi antara filsafat dan teologi, serta penekanan pada pentingnya pengalaman spiritual dalam kehidupan manusia, juga memiliki dampak yang signifikan pada pemikiran keagamaan di luar dunia Islam.
