Namun, usaha ini menghadapi tantangan besar, terutama secara formal (sarjana) minimnya tenaga pendidik yang memiliki kompetensi dalam bidang Sastra atau Pendidikan Bahasa Madura. Lebih mencengangkan, tak satu pun perguruan tinggi di Madura, baik negeri maupun swasta, yang membuka program studi bahasa Madura, sehingga para pengajarnya di sekolah-sekolah justru berasal dari disiplin ilmu lain.
Jika keadaan ini terus berlanjut, generasi muda Madura akan semakin jauh dari bahasanya sendiri, kehilangan sarana untuk memahami dan menuturkan warisan budayanya. Dalam skenario paling suram, lenyapnya penutur akan menggiring bahasa ini ke tepi kepunahan, menghapus jejak sejarah yang seharusnya tetap lestari di cakrawala zaman.