Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia tetap mencatat surplus sepanjang Januari-April 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai surplus mencapai US$11,07 miliar, naik US$0,95 miliar dibanding tahun sebelumnya, Selasa (03/06/2025).
Deputi BPS, Pudji Ismartini menyebut ekspor mencapai US$87,36 miliar, lebih tinggi dari impor yang sebesar US$76,29 miliar. “Kinerja ini ditopang oleh ekspor yang mencapai US$87,36 miliar, lebih tinggi dibanding impor yang sebesar US$76,29 miliar,” ujarnya, Senin (02/06/2025).
Nilai ekspor tumbuh 6,65 persen secara tahunan, didorong sektor industri pengolahan. Ekspor dari sektor ini mencapai US$68,84 miliar atau meningkat 16,08 persen.
Komoditas besi dan baja serta CPO mencatat pertumbuhan ekspor signifikan. Di sisi lain, ekspor batubara justru turun hampir 20 persen menjadi US$8,17 miliar.
Tiongkok menjadi pasar ekspor nonmigas terbesar dengan nilai US$18,87 miliar. “Dari sisi negara tujuan, periode Januari-April 2025 ini, Tiongkok tetap menjadi pasar ekspor utama komoditas non migas…,” kata Pudji.
Impor naik 6,27 persen dibanding tahun sebelumnya, dengan total nilai US$76,29 miliar. Sektor nonmigas menjadi penyumbang utama sebesar US$65,29 miliar.
Impor dari Tiongkok mendominasi dengan nilai US$25,77 miliar atau 39,48 persen dari total nonmigas. Komoditas utama impor meliputi mesin dan kendaraan bermotor.
