Demikian juga, dengan adanya Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan BPRS, peluang mahasiswa jurusan perbankan syariah terbuka lebar. Tentu, kesempatan ini harus dibarengi dengan daya saing dan kompetensi.
Bank Syariah Indonesia akan mendorong Indonesia sebagai pusat dengan turut mendorong bank untuk bersinegeri dengan sektor lain seperti industri halal dan pariwisata syariah. Sejalan dengan pernyataan Kiai Ma’ruf bahwa pemerintah mendorong pengembangan industri halal.
Dengan dukungan ini, kegiatan eknomi syariah akan terus tumbuh, tambah Arif. Perlu diakui, di masa pandemi, bank syariah mengalamai pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional.
Pada waktu yang sama, Bank Syariah mendapatkan tantangan dari fintech (financial technology). Apalagi, fintech juga berfungsi seperti bank dengan memberikan pinjaman dan pengumrpulan pembiayaan (crowd funding).
Tidak hanya itu perubahan prilaku di era Revolusi Industri 4.0 juga harus ditimbang, ditambah lagi dengan pandemi banyak yang berubah dalam kegiatan ekonomi rumah tangga. Untuk mementum reformasi keuangan pasca-Covid-19 perlu segera diantisipasi.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya. Dengan dialog, diharapkan kegiatan perkuliahan akan menyuburkan literasi ekonomi syariah.
Tentu, acara tersebut tidak hanya berhenti pada transfer pengetahuan, tetapi juga lahir program berkelanjutan sebagai tindak lanjut dari MoU (Memorandum of Understanding) yang telah ditandatangani antara pihak Bank Jatim dan UNUJA.
Acara ini diakhiri dengan penyerahan karya mahasiswa berjudul Perbankan Syariah di Era Revolusi Industri 4.0 terbitan LP3M kepada Bapak Arif.