Neffrety juga menyoroti kondisi fisik kapal yang diduga tidak layak berlayar. “Korosi pada dinding atau dek kapal bisa membuat kapal mudah robek jika terseret jangkar. Pemeriksaan menyeluruh harus dilakukan, bukan hanya formalitas,” katanya.
Yang lebih mengkhawatirkan, kapal-kapal sering tidak diperiksa oleh tenaga ahli bersertifikasi. “Kesalahan teknis kecil bisa berujung bencana jika ditangani orang yang tidak kompeten,” tegasnya.
Overkapasitas penumpang juga memperbesar risiko keselamatan. “Penumpang non-manifest sangat berbahaya dalam kondisi darurat. Evakuasi jadi kacau, dan identifikasi korban sulit dilakukan,” tambahnya.
Neffrety meminta agar kesadaran publik turut dibangun untuk menolak berlayar jika kapal sudah penuh. “Kalau kapal penuh, jangan nekat. Keselamatan harus jadi prioritas, bukan sekadar tiba lebih cepat,” ujarnya menutup.
Ia menyerukan audit menyeluruh dan penerapan SOP ketat oleh perusahaan pelayaran. “Jangan tunggu tragedi berikutnya. Disiplin keselamatan tidak boleh lagi dinegosiasikan,” pungkasnya.