Namun kontribusinya bukan hanya fisik, melainkan juga intelektual dan ideologis. Pericles menciptakan suasana di mana seni, logika, dan debat publik menemukan tempat tertinggi.
Demokrasi Athena diperluas dengan reformasi yang memungkinkan semua warga terlibat, termasuk dengan membayar pejabat publik agar warga miskin bisa ikut serta. Ini menjadikan Athena negara kota pertama yang mengadopsi demokrasi partisipatif secara menyeluruh.
Majelis rakyat berfungsi sebagai pusat kekuasaan negara, dan Pericles aktif berbicara langsung di sana. Ia meyakinkan rakyat lewat pidato, bukan melalui paksaan.
Orasi Pemakamannya yang terkenal membela prinsip-prinsip demokrasi dan cara hidup Athena, sekaligus mengukuhkan statusnya sebagai negarawan utama. Namun, tidak semua sepakat: sebagian menganggap pengaruhnya terlalu besar, bahkan menutupi proses demokratis itu sendiri.
Selama Perang Peloponnesia, Pericles mengandalkan kekuatan laut untuk mempertahankan Athena. Ia menghindari konfrontasi darat langsung dengan Sparta, lebih memilih blokade dan dominasi maritim.
Strategi ini semula efektif, namun tidak mampu menahan Wabah Athena yang muncul pada 430 SM. Di tengah kekacauan dan kematian massal, Pericles sendiri tertular penyakit dan meninggal beberapa tahun kemudian.
Warisan Pericles melampaui masa hidupnya. Ia meninggalkan cetak biru pemerintahan rakyat, pencapaian budaya monumental, dan citra pemimpin ideal dalam sejarah Yunani kuno.