Hikmah  

Perintah Memaafkan Orang Lain dalam Idul Fitri Menurut Al-Qur’an

Foto ilustrasi jabat tangan saling memaafkan di hari raya Idul Fitri 1444 H/2023 M (Dok. Madurapers, 2023).
Foto ilustrasi jabat tangan saling memaafkan di hari raya Idul Fitri 1444 H/2023 M (Dok. Madurapers, 2023).

Dalam Tafsir al-Misbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan kata (خُذ) yang berarti ambillah bermakna memperoleh sesuatu untuk digunakan agar memberi mudarat.

Sedangkan dalam ayat ini Allah S.W.T., memerintahkan kepada manusia dengan kata tersebut agar mereka memilih memaafkan kesalahan orang lain dibandingkan dengan membalas atau bahkan berbuat buruk lebih dari yang pelaku perbuat kepada mereka.

Selanjutnya, kata “ambillah” dari ayat ini mengandung makna sepenuh hati. Kata berikutnya adalah (الْعَفْو) yang berarti maaf dan terdiri dari tiga huruf, yaitu ‘ain, fa, dan wau.

Prof. Quraish menjelaskan, bahwa susunan kata ini mengandung 2 (dua) kemungkinan makna, yaitu meninggalkan sesuatu dan memintanya.

Sehingga dapat dipahami, bahwa apabila seseorang telah memaafkan kesalahan orang lain, berarti Ia benar-benar meninggalkan (menghapus atau melupakan) kesalahan orang tersebut.

Ketiga, surah as-Syura ayat 37, firman-Nya: “(Kenikmatan itu juga lebih baik dan lebih kekal bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf.”

Masih menurut pendapat dari ulama kenamaan, yaitu Syekh Wahbah al-Zuhaily, Ia menjelaskan ayat di atas mengisyaratkan tentang kemuliaan Nabi Muhammad s.a.w., yang memaafkan pasukan pemanah yang tidak melanggar instruksi beliau saat Perang Uhud.

Tidak hanya itu, Nabi Muhammad juga memaafkan perbuatan orang-orang kafir yang menjadi penyebab kematian pamannya, Hamzah bin Abd al-Mutallib dalam peperangan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca