Survei elektablitas seperti ini, menurutnya, dapat memicu konflik berkepanjangan dalam legitimasi proses pemilu. Untuk itu pendanaan lembaga survei elektabilitas capres-cawapres perlu diaudit. Sementara publik (masyarakat, red.) untuk bijaksana dan cerdas merespon dan membaca hasil survei seperti ini.
Hal serupa juga pernah disampaikan oleh Agus Prihatna Senior Pollster, mantan Kepala Divisi Penelitian LP3ES. Ia menyampaikan, publik tidak perlu merespon berlebihan hasil survei elektabilitas. Hal ini karena seringkali prediksi lembaga-lembaga survei meleset, tidak mengukur (tidak valid, red.), dan indikatif, Senin (31/10/2022).
Mencermati hal itu semuanya, Wahyudi Peneliti Lembaga studi Perubahan dan Demokrasi (LsPD) menyampaikan kepada awak media Madurapers, bahwa publik tidak usah merespon berlebihan survei-survei tersebut. Hal ini karena objektivitas dan rasionalitas survei-survei seperti itu diragukan, sehingga bisa saja prediksi hasil surveinya meleset. Bagi yang percaya survei ini tentu mengecewakan sekali.
“Sudahlah, gak usah merespon berlebihan prediksi hasil survei. Perilaku politik itu dinamis sehingga ketika disurvei akan terus berubah-ubah. Karena itu dinamis, maka fenomenanya tidak konstan (tak berubah),” pungkas Wahyudi, Senin (27/11/2023).