Puisi  

Puisi-Puisi Sultan Musa

Ilustrasi foto oleh Tim Madura Pers

I. SILUET KOPI

 

tercium aroma

memecah selat pikiran

seperti lamunan tak berujung

 

terlihat pekat

memecah keheningan renjana

seperti menyimpan diam – diam

 

kuaduk hangat di sore ini

meski dadaku selundup sana – sini;

…..bersenda dalam sunyi,

rebahkan lara

…..bergurau dalam hening,

lesapkan duka

 

terdengar riuh perempuan berkisah

godaan itu telah datang

menawarkan cawan lain

pada ego yang tinggi

nafsu pesan berbunyi

semua liar…

namun mampu mengisi segumpal kerinduan

takkan usai, dayanya tunak nafas

 

namun, tetap secangkir rasa ini

bertuan untuk cerita baru

karena kopi siluet memori

bawa pulang setitik keabadian

( aah kenapa aku selalu tenang menelusuri keajaibanmu, jangan bertanya kopi apa yang kupesan nak )

-2023

 

II. SENJA

 

apa cerita hari ini ?

senja selalu mempesona

dan kita duduk berdua

selayaknya meresapi jingga

saat matahari dan bulan berjumpa

kita bercerita tentangnya

-ia memberi lena tanpa balas luka

 

Senja ini hanya diam, tidak mendendam

senja ini hanya kenangan, tidak menyimpan

senja ini hanya rasa, tidak melukai

senja ini hanya tenggelam, tak menjauh

 

lalu kenapa tercabik saat senja senyap

ibarat cerita yang terlewatkan

dan dipasung untuk menyaksikannya

 

kita takkan bisa mencumbu rindu

bila hanya sebatas ragu

 

kita takkan bisa membelai senja

bila hanya sebatas lara

 

kita ikat senar senja yang berlabuh

berkat senyuman tak terduga bersauh

meski ceritanya terkadang rapuh

 

kita menggelayut.

Titik !

-2024

 

III. LA TAKHAF!

 

angin menyapa riang

menari di antara daun rindang

dan kembang masih bermekaran

 

tentang mempertanyakan sebuah renungan

tiadalah perjalanan yang diragukan

sebagai ingatan yang dirindukan

mengeja arah ketenangan

 

yang bersembunyi pada

batas usia dan waktu

dan kita tidak kehilangan arah

; La Takhaf

-2024

 

IV. RETROSPEKSI BUKU

 

buku itu menghembuskan riang

memasuki hari yang telah berlalu

mengetuk pesan usang

demi imaji tanpa temu

 

buku itu menerbangkan lentera

menjelma arah harapan

memaafkan batas kecewa

berdamai untuk masa depan

 

buku itu menyenangkan perih

menolong pikiran atas kenangan

merapal kisah beranjak pulih

bergulung di batas terusaikan

 

sentuhan buku untuk menghembuskan

sentuhan buku untuk menerbangkan

sentuhan buku untuk menyenangkan

pesannya tersirat tidak pernah tahu sedalam apa !

-2021

 

*** Sultan Musa berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media daring & luring. Serta karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Seperti Antologi Puisi Penyair Dunia “Wangian Kembang : Antologi Puisi Sempena Konvesyen Penyair Dunia – KONPEN” yang di gagas Persatuan Penyair Malaysia (2018), Antologi Puisi “Negeri Serumpun” Khas Sempena Pertemuan Dunia Melayu GAPENA & MBMKB (2020), “La Antologia De Poesia Cultural Argentina – Indonesia“ Antologi Puisi Budaya Argentina – Indonesia (2021). Antologi Puisi “Cakerawala Islam” MAIK – Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan –Malaysia (2022), Festival Sastra Internasional Gunung Bintan – Jazirah ( 2019,2020,2021,2022,2023), Temu Karya Serumpun “Tanah Tenggara” Asia Tenggara (2023) dan HOMAGI – International Literary Magazine. Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Adapun IG : @sultanmusa97

error:

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca