2. Amper (ruang keluarga) yang disebutkan dalam buku Etnomatematika sudah berkembang menjadi dua bagian. Amper dalam, atau ruangan yang ada di dalam rumah khusus untuk kumpul keluarga. Amper luar atau ruang luar untuk tetangga.
3. Tanean (halaman) semakin sempit
Halaman rumah yang sebelumnya disebut Tanean Lanjheng kebanyakan halaman tersebut semakin sempit. Ukuran itu dipengaruhi oleh perubahan bentuk rumah yang semula terbuat dari kayu dan tersiri dari satu amper (ruang) tamu kini menjadi dua Amper dalam dan amper luar. Sebagaiamna dalam buku Etniomatika budaya Madura, setiap bangunan yang berdiri disesuaikan oleh bentuk tanah yang dimiliki pemilik rumah. Dini pemilik rumah yang tidak ingin pindah tempat tentu perlu mengurangi luas tanian
(halaman) supaya rumah tidak sempit dan sesuai keinginan pemilik rumah.

Tampak perbedaan dari luar antara bangunan adat Madura zaman dulu dan zaman sekarang. Perbedaanya terdapat pada latar atau tempat yang ada di depan. Mayoritas rumah-rumah yang ada di Madura saat ini berbentuk seperti itu.
Memberikan latar di mana di sampingnya hanya diberi tiang di beberapa sudut tanpa diberi dinding. Jumlah tiang tergantu bentuk depan rumah. Jika di depan ada ruang taambahan yang memberi kesan rumah berbentuk L maka tiang yang di pasang semakin banyak dan sebaliknya.
Tentu bangunan tipe ini tidak dibangun dengan serta merta. Apalagi tipe rumah seperti ini hampir setiap orang Madura membangunya. Ada fungsi tersendiri, baik untuk rumah itu sendiri atau untuk mepertahankan adat istiadatnya. Beberapa fungsi dari bentuk bangunan tipe ini ialah:
1. Untuk melindungi pintu atau jendela di bagian depan.
Tentu pintu dan jendela yang di pasang di bagian depan terbuat dari kayu. Untuk melindungi kayu agar tidak cepat lapuk disebabkan perubahan cuaca panas dan dingin, maka dibangunlaah latar atau amper depan agar kayu pada pintu dan jendela terlindungi dari hujan dan terik matahari yang bergantian setiap tahunya sehingga komponen tersebut tetap awet.
2. Sebagai tempat bersantai antara pemilik rumah dengan tetangga terdekat.
Pada umumnya, hubungaan sosial antara manusia yang zona rumahnya dekat akan terjalin erat, apalagi budaya gotong royong di Madura masih sangat kental ditambah budaya tahlilan masih terus berlanjut, sehingga latar atau amper depan itu digunakan untuk kumpul santai dengan warga atau sebagai tempat tahlilan apabila di langgar sudah tidak muat.
3. Tempat berkunjung tamu-tamu.
Satu hal yang tidak pernah dan mungkin tidak akan pernah berubah dari budaya Madura adalah takziyah orang meninggal dari hari pertama meninggal hingga hari ke 7. Pada prosesi ini, akan banyak yang berkunjung dari berbagai tempat yang masih memiliki keterikatan keluarga.
Keluarga jauh biasanya membawa rombingan tetangga menggunakaan motor atau mobil untuk takziah, sehinggaa akan banyak tamu yang berkunjung dan membuyuhkan tempat luas untuk menampung mereka. Maka latar atau amper depan fungsinya untuk tamu-tamu yang akan berkung. Baik tamu yang bertakziyah atau tamu walimahan.
Tipe rumah seperti ini menandakan adanya keterbukaan antara pemilik rumah dengan orang-orang sekitar. Kebanyakan tidak ada pembatas, dinding atau pagar di setiap sisi amper depan sehingga siapa saja bisa menempati atau dijadikan tempat istirahat sejenak.
*Ma’iyah Arrosyid berasal dari Tampojung Tengah, Waru, Pamekasan. Mahasiswi semester akhir Universitas Respati Yogyakarta. Prodi S1 Hubungan Internasional. Mantan Ketua Himpunan Muslimah (HMMAH) FKMSB wilayah Yogyakarta.