Jakarta – Tiongkok melontarkan kecaman keras terhadap upaya beberapa negara Eropa yang mendorong perluasan NATO (North Atlantic Treaty Organization) ke kawasan Asia-Pasifik. Negeri Tirai Bambu menilai langkah tersebut dapat memicu ketegangan dan konfrontasi yang tidak perlu di kawasan yang selama ini relatif stabil, Rabu (25/06/2025).
Menurut laporan dari KCNA, Selasa (24/06/2025), Tiongkok menanggapi serius pernyataan sejumlah pemimpin Eropa dalam Dialog Shangri-La yang dianggap mengganggu stabilitas kawasan. Mereka menyebut Taiwan dalam konteks yang dikaitkan dengan krisis Ukraina, serta mengangkat isu Laut Cina Selatan dengan narasi “ancaman Tiongkok”.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan bahwa Taiwan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari wilayahnya. Ia menegaskan bahwa masalah Taiwan merupakan urusan domestik yang tidak pantas untuk dibandingkan dengan situasi di Ukraina.
Tiongkok mendesak negara-negara terkait agar berhenti memutarbalikkan fakta soal Taiwan. Pemerintah Tiongkok juga meminta agar prinsip satu Tiongkok dihormati secara konkret melalui kebijakan nyata, bukan hanya ucapan diplomatis.
Pihak Beijing mengecam keras segala bentuk upaya NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara, red.) untuk menciptakan ketegangan baru di Asia-Pasifik. Tiongkok menilai tindakan tersebut sebagai ancaman terhadap perdamaian regional dan bahkan kestabilan global.
Tiongkok juga memperingatkan bahwa kawasan Asia-Pasifik bukanlah tempat yang tepat bagi ekspansi NATO. Menurutnya, negara-negara di kawasan tersebut tidak akan menerima kehadiran aliansi militer tersebut dalam bentuk apa pun.
Beijing menegaskan komitmennya dalam menjaga kedaulatan dan integritas teritorial dari intervensi asing. Mereka menyerukan kepada negara-negara Eropa untuk lebih bijak dalam bersikap dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Dengan posisi tegas ini, Tiongkok menandai penolakannya terhadap segala bentuk dominasi militer di Asia-Pasifik. Peringatan ini menjadi sinyal bahwa ketegangan geopolitik dapat meningkat jika NATO tetap melanjutkan ekspansinya.
