Perawatan juga melibatkan pijat otot sapi untuk mengendorkan otot dan latihan lari di sawah berlumpur, meningkatkan kecepatan sapi di arena lomba.
Selain sapi dan pemiliknya, karapan sapi melibatkan berbagai pihak. Mulai dari tukang tongko yang mengendalikan sapi di atas kaleles, tukang tambeng yang menahan tali kekang sapi, hingga tukang gertak yang menggertak sapi untuk melesat dengan cepat. Bahkan dukun ikut berperan dalam melindungi sapi dari kekuatan gaib.
Pertunjukan dimulai dengan pasangan sapi diarak mengelilingi arena sambil ditemani gamelan Madura. Ini tidak hanya untuk melemaskan otot sapi, tetapi juga menjadi momen untuk memamerkan keindahan pakaian dan hiasan yang melengkapi sapi yang berlomba.
Setelah parade, perlombaan dimulai dengan babak klasemen, penyisihan, hingga mencapai babak final menggunakan sistem gugur.
Karapan sapi di Madura tidak hanya sekadar lomba, tetapi juga merayakan kekompakan masyarakat, keindahan budaya, dan semangat persaingan yang sehat.
Meskipun dinamika tradisi ini telah mengalami perubahan seiring waktu, keunikan dan pesona karapan sapi tetap menjadi daya tarik bagi masyarakat Madura dan sekitarnya.