Bangkalan – Kekuasaan dalam dunia kontemporer bukan lagi struktur yang terpusat, tetapi tersebar dalam berbagai lapisan sosial, politik, dan ekonomi. Dalam analisis Michael Hardt, kekuasaan modern berubah menjadi bentuk yang lebih kompleks dan terfragmentasi, melibatkan hubungan yang lebih luas di antara individu dan institusi.
Hardt menegaskan bahwa kekuasaan global kini terjalin dalam jaringan yang tak terputus. Ia mengidentifikasi kekuasaan sebagai sesuatu yang beroperasi di tingkat mikro hingga makro, dari interaksi sehari-hari hingga dominasi negara dan korporasi transnasional.
Fenomena ini menunjukkan transisi dari model otoritarian tradisional menuju sistem yang lebih subtel, yang tidak tampak jelas namun meresap dalam setiap aspek kehidupan. Globalisasi, dalam pandangan Hardt, bukan hanya proses ekonomi, tetapi juga bentuk dominasi baru yang mengubah cara kita memahami kebebasan dan otonomi.
Dalam konteks ini, kekuasaan bukan hanya dilihat dari pengaruh negara, tetapi juga dari sistem produksi global yang mengatur kehidupan sehari-hari. Hardt mengemukakan bahwa imperialisme baru ini adalah hasil dari hubungan ketergantungan yang semakin mendalam antara negara, kapital, dan masyarakat.
Kekuatan besar yang dimiliki oleh korporasi multinasional memperkuat dominasi atas sumber daya dan informasi. Negara, dalam analisis Hardt, kehilangan sebagian besar wewenangnya untuk mengendalikan proses produksi, yang kini dikendalikan oleh aktor-aktor global yang lebih transnasional.
Namun, tidak semua aspek kekuasaan ini berjalan tanpa resistansi. Munculnya gerakan sosial yang menentang ketidakadilan sosial dan ekonomi menunjukkan adanya potensi perlawanan terhadap hegemoni global ini. Hardt percaya bahwa kekuasaan tidak pernah statis; ia selalu bergerak, berkembang, dan mencari bentuk baru.
Perlawanan ini sering kali terjadi dalam bentuk kolektivitas dan solidaritas yang melampaui batas-batas nasional. Seiring dengan semakin terhubungnya dunia melalui teknologi, individu-individu di berbagai belahan dunia kini bisa berkolaborasi melawan struktur kekuasaan yang ada.
Konsep “multitude” yang diperkenalkan Hardt menjadi kunci untuk memahami dinamika perlawanan ini. Multitude bukan sekadar massa, melainkan sekumpulan individu yang memiliki kemampuan untuk berorganisasi dan beradaptasi dalam menghadapi dominasi kekuasaan.