Sumenep– Kasus campak di Kabupaten Sumenep terus menjadi perhatian serius. Sejak Januari hingga pekan pertama Agustus 2025, tercatat 1.944 kasus campak, dengan 12 anak dilaporkan meninggal dunia.
Fakta ini terungkap setelah Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Sumenep melakukan penelusuran bersama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, UNICEF, dan IHO.
Kepala Bidang P2 Dinas Kesehatan P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, menjelaskan bahwa sebagian besar anak yang meninggal ternyata tidak pernah mendapat imunisasi campak, bahkan ada yang sama sekali tidak memperoleh imunisasi dasar sejak lahir (Zero Dose).
“Memang tidak terimunisasi rata-rata, bahkan ada yang zero dose, istilahnya sama sekali tidak diimunisasi sejak lahir,” tegas Syamsuri, Rabu (20/08/2025).
Menurutnya, imunisasi campak seharusnya diberikan sejak bayi berusia 9 bulan. Namun, dari temuan kasus, banyak anak yang meninggal tidak memiliki riwayat imunisasi sama sekali.
“Ada yang lepas mulai dari nol, sejak lahir sampai usia sembilan bulan tidak pernah tersentuh imunisasi. Komplikasi yang terjadi akhirnya parah,” jelasnya.
Syamsuri juga meluruskan simpang siur mengenai data korban meninggal. Awalnya, laporan melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) hanya mencatat empat kematian.
Dari jumlah itu, dua anak dipastikan meninggal akibat campak, sementara dua lainnya masih menunggu hasil laboratorium.
“Betul, kami mohon maaf karena waktu itu data yang kami sampaikan sesuai dengan SKDR. Saat itu hanya ada empat laporan kematian, dua sudah terkonfirmasi, dan dua masih suspek,” tambahnya.
Namun setelah dilakukan penelusuran lanjutan bersama tim provinsi, UNICEF, dan IHO, ditemukan tambahan kasus kematian yang sebelumnya belum terdata.
Hingga akhirnya, total korban meninggal akibat campak di Sumenep mencapai 12 anak.
“Dengan berkembangnya waktu dan hasil verifikasi bersama, ternyata total ada 12 anak yang meninggal akibat campak,” ungkap Syamsuri.
Kasus ini menjadi alarm bagi masyarakat dan pemerintah untuk lebih memperhatikan program imunisasi dasar.
Pasalnya, tanpa perlindungan vaksin, anak-anak rentan mengalami komplikasi serius hingga berakibat fatal.