“Maka kita lihat kecepatan dari Pendapatan Negara sudah mendahului dari sisi kecepatan untuk Belanja Negara,” jelas Sri Mulyani. Percepatan ini menciptakan ruang fiskal yang lebih sehat untuk kuartal kedua 2025.
Surplus sebesar Rp4,3 triliun atau 0,02% dari PDB mengindikasikan titik balik dari defisit pada kuartal pertama. Sebelumnya, APBN sempat mengalami tekanan akibat restitusi pajak dan penyesuaian tarif efektif.
“Januari hingga Maret waktu itu kita membukukan defisit ini karena terutama penerimaan pajak kita yang mengalami beberapa shock seperti restitusi dan adanya adjustment terhadap penghitungan tarif efektif dari TER,” ujar Sri Mulyani. Ia menyebutkan bahwa situasi berbalik pada April berkat perbaikan penerimaan.
Dengan capaian ini, pemerintah memiliki pijakan yang lebih stabil dalam mengelola anggaran di tengah tantangan ekonomi. Surplus anggaran ini juga memberi sinyal positif bagi investor dan pelaku ekonomi.
