Bangkalan – Apem Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggoda lidah dengan rasa manis dan tekstur lembut yang legit. Kue tradisional ini bukan sekadar camilan, tetapi sarat dengan makna filosofis dan budaya.
Apem berasal dari kata Arab afuan, yang berarti maaf. Dalam tradisi Jawa, kue ini melambangkan permohonan maaf dan restu, sehingga kerap hadir di berbagai upacara adat dan keagamaan.
Di Yogyakarta, apem memainkan peran penting dalam acara seperti kenduri, selamatan, dan ritual adat lainnya. Setiap gigitan apem seolah mengajak penikmatnya untuk merenungkan makna kebersamaan dan saling memaafkan.
Sejarah apem di Jawa bermula dari Ki Ageng Gribig, keturunan Prabu Brawijaya. Ia diyakini membawa kue ini sebagai bagian dari kekayaan budaya Jawa yang kini menjadi ikon kuliner tradisional Yogyakarta.
Rumor menyebutkan, pedagang dan ulama dari Timur Tengah memperkenalkan apem ke Indonesia pada abad ke-13. Sejak itu, apem meresap dalam tradisi kuliner Jawa dan diolah dengan cita rasa lokal yang khas.
Bahan-bahan membuat apem DIY mudah ditemukan di pasar tradisional. Tepung beras, ragi, gula, santan, telur, tape, dan sedikit garam menjadi komposisi utama untuk menciptakan kue yang legit ini.