Opini  

Guratan Kritis di Hari Keadilan Sosial Sedunia

Avatar
Mohammad Fauzi

Tidak ada jawaban konkret. Yang ada hanya negara G77 terus dirayu, bahkan dipaksa secara halus dan kasar untuk menteladani pengalaman negara G7, agar menjadi negara sejahtera.

Tak ada pilihan lain, selain menerimanya sebagai kenyataan. Sikap ini terpaksa diambil, terutama negara-negara G77 yang mengalami ketergantungan; ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, dan keamanan.

Lalu bagaimana dengan nasib masyarakat negara “Kawasan Selatan Dunia” yang masih terbelakang dan berkembang? Jawabannya hampir sama atau linier dalam bahasa kerennya. Itulah cara gampang menggambarkan fenomenanya.

Mengikuti cara pandang “positivisme”, jalan keluarnya: benahi dan perbaiki sistem pembangunannya mengikuti pengalaman negara “Kawasan Utara Dunia” yang sudah maju agar masyarakat negara “Kawasan Selatan Dunia” sejahtera.

Baiklah, kalau begitu! Kita (baca: sebagian masyarakat/negara G77) tak akan memaksakan cara pandang “humanisme” untuk memahami fenomena ketimpangan dunia, meskipun kita masih tetap percaya pada cara pandang tersebut.

Namun demikian, kemerdekaan harus tetap dihormati dan jangan ditekan karena kepentingan dan kekuasaan. Sehingga tema “Mencapai Keadilan Sosial melalui Pekerjaan Formal” Hari Keadilan Sosial Sedunia tahun 2022 benar-benar indah diperingati.

Demikian juga halnya dengan ejawantah fokus isu hari peringatannya, dimana tahun ini mengusung tema “Formalisasi Pekerjaan sebagai Prasyarat untuk Mengurangi Kemiskinan dan Ketidaksetaraan”, sehingga tercipta keadilan distributif, hukum, dan komutatif di dunia, tanpa terkecuali.

Akhirnnya, penulis mengucapkan, “Selamat Hari Keadilan Sosial Sedunia Tahun 2022. Mari Capai Keadilan Sosial melalui Pekerjaan Formal!”

 

Mohammad Fauzi adalah peminat kajian internasional, alumni HI Fisipol UMY.