“Santri di pelosok seperti kami ini mungkin sederhana fasilitasnya, tapi semangat juangnya luar biasa. Mereka belajar bukan hanya untuk cerdas, tapi juga untuk berbakti pada agama dan bangsa,” ujar Hariri penuh bangga.
Ia menambahkan, peringatan Hari Santri bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan momen untuk merenungkan kembali perjuangan ulama dan santri yang menjadi tulang punggung lahirnya kemerdekaan Indonesia.
“Kami ingin menanamkan nilai-nilai keikhlasan dan cinta tanah air kepada para santri. Karena dari pesantrenlah, karakter bangsa ini tumbuh dan bertahan,” imbuhnya.
Hariri juga menegaskan bahwa Yaspi Nurul Huda berkomitmen untuk terus mencetak generasi santri yang berilmu, berakhlak, berjiwa sosial tinggi, dan berdaya saing dalam bidang sain dan teknologi meski berada di tengah keterbatasan fasilitas pedesaan.
“Kami ingin membuktikan, dari desa terpencil pun bisa lahir santri-santri hebat yang membawa perubahan,” tegasnya menutup sambutan.
Acara ditutup dengan doa bersama dan pembacaan shalawat, menambah kekhidmatan malam itu. Di bawah sinar lampu seadanya, gema zikir dan tawa santri berpadu menjadi harmoni yang menenangkan, seolah mengingatkan bahwa santri bukan hanya simbol religiusitas, tapi juga penopang moral bangsa dari pelosok negeri.
