Tokoh  

K.H. Ahmad Dahlan: Dari Kauman ke Kebangkitan Bangsa

Madurapers
K.H. Ahmad Dahlan, ulama progresif dan pendiri Muhammadiyah, memainkan peran penting dalam membangkitkan kesadaran intelektual Islam di Indonesia. Diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 1961, warisannya tetap hidup dalam gerakan pembaruan Islam yang ia rintis.
K.H. Ahmad Dahlan, ulama progresif dan pendiri Muhammadiyah, memainkan peran penting dalam membangkitkan kesadaran intelektual Islam di Indonesia. Diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 1961, warisannya tetap hidup dalam gerakan pembaruan Islam yang ia rintis. (Sumber foto: PWMU, 2023)

K.H. Ahmad Dahlan bukan hanya seorang ulama, tetapi pemantik kebangkitan intelektual umat Islam Indonesia. Ia lahir dengan nama Muhammad Darwis di Kauman, Yogyakarta, pada 1 Agustus 1868, dari keluarga religius dan terpandang.

Ayahnya, K.H. Abu Bakar, merupakan khatib besar di Masjid Kasultanan, sementara ibunya keturunan penghulu Keraton. Garis keturunannya bersambung ke Maulana Malik Ibrahim, salah satu tokoh utama Walisongo.

Sejak muda, ia telah menunjukkan ketertarikan kuat terhadap agama dan ilmu pengetahuan. Pada usia 15 tahun, ia pergi haji dan menetap di Makkah selama lima tahun untuk memperdalam pemikiran Islam.

Di Makkah, ia menyerap pemikiran reformis dari tokoh-tokoh seperti Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Sepulang ke tanah air pada 1888, ia mengubah namanya menjadi K.H. Ahmad Dahlan sebagai simbol pembaruan diri.

Pada 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di Kauman sebagai wadah pembaruan Islam yang progresif. Gerakan ini fokus pada pendidikan, sosial, dan amal, jauh dari urusan politik.

K.H. Ahmad Dahlan menginginkan umat Islam hidup berdasarkan Al-Qur’an dan hadits secara rasional dan aplikatif. Muhammadiyah menjadi perpanjangan visi itu: Islam yang mencerahkan dan memberdayakan.

Meski menghadapi penolakan dan tuduhan menyimpang, ia tidak surut langkah. Bahkan saat nyawanya terancam, ia tetap teguh melanjutkan misi pembaruan Islam.

Muhammadiyah sempat dibatasi hanya di wilayah Yogyakarta oleh pemerintah Hindia Belanda. Namun dengan strategi cerdas, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan cabang dengan nama berbeda di daerah lain.