Bangkalan – Atlantis, sebuah kota legendaris yang konon hilang di Samudera Atlantik, telah memikat imajinasi banyak orang selama berabad-abad. Kisahnya pertama kali diceritakan oleh filsuf Yunani kuno, Plato, dalam dialognya yang berjudul “Timaeus and Critias”.
Meski sering dianggap sebagai fakta sejarah oleh sebagian kalangan, Atlantis belum pernah ditemukan hingga kini. Tidak ada bukti arkeologis maupun geologis yang mengonfirmasi keberadaan kota ini, meskipun teknologi pemetaan dasar laut terus berkembang.
Legenda Atlantis menggambarkan sebuah peradaban yang luar biasa maju pada masanya. Kota ini digambarkan memiliki kekuatan besar, teknologi canggih, dan struktur sosial yang kompleks, sebelum akhirnya dihancurkan oleh para dewa lebih dari 11.000 tahun yang lalu.
Plato menceritakan bahwa Atlantis hancur dalam satu malam akibat bencana dahsyat. Gempa bumi dan banjir besar menjadi penyebab kota ini tenggelam ke dasar laut, menyisakan hanya legenda di balik kehancurannya.
Beberapa peneliti dan pencari harta karun telah menghabiskan waktu dan sumber daya untuk menemukan Atlantis. Namun, hingga kini, tidak ada jejak fisik yang mendukung klaim keberadaan kota tersebut.
Para sejarawan modern umumnya sepakat bahwa Atlantis adalah mitos belaka. Plato diduga menciptakan kisah ini untuk mengilustrasikan pandangan politik dan moralnya mengenai keadilan dan kehancuran akibat keserakahan.
Meskipun demikian, kisah Atlantis terus menjadi inspirasi bagi banyak cerita fiksi. Dari buku hingga film, Atlantis sering digambarkan sebagai kota yang misterius dan penuh keajaiban.
Pencarian Atlantis juga memunculkan berbagai teori tentang lokasi kota ini. Beberapa pihak mengaitkannya dengan Laut Mediterania, Laut Karibia, bahkan Antartika, meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.
