Pragaan Sumenep, Terbanyak Penduduknya Jadi Pengemis

Data Gelandangan dan Pengemis (Gepeng) pada Tahun 2020. (Sumber Foto: Arsip Dinsos Sumenep)

Memang, pihaknya mengaku telah melakukan beberapa upaya bagaimana angka Gepeng menurun. Dalam upaya tersebut, Dinsos selalu bekerjasama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) dan lembaga kemasyarakatan yang peduli terhadap sosial.

“Jadi, kita tetap bersinergi dengan Satpol-PP dalam melakukan razia Gepeng, untuk mementaskan atau mengurangi keberadaannya di Sumenep,” ungkapnya.

Bahkan, setelah selesai melakukan razia, para Gepeng diberikan pembinaan, pemahaman, dan bimbingan. Dalam hal ini, Dinsos juga menggandeng Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sumenep dan Mutiara Fundation.

“MUI memberikan tauziah dan diajak ke jalan yang lebih baik agar tidak mengemis. Artinya, jika mereka kembali kepada jalan agama, saya yakin mereka tidak makan mengemis. Karena agama tidak mengajari umatnya meminta-minta,” ungkapnya.

“Maraknya keberadaan Gepeng di ujung timur pulau Madura ini, secara umum disebabkan faktor ekonomi dan ada yang memang menjadi pengemis sebagai profesi,” sambungnya.

Selama tahun 2021, lanjut Fajarisman, telah melalukan razia dalam sekala besar bersama Satpol-PP sebanyak dua kali.

“Kemudian kegiatan razia lain, yang sifatnya insidental juga dilakukan dengan pihak Satpol-PP,” paparnya.

Ditanya soal angka Gepeng tahun 2021, Fajarisman mengaku masih belum melakukan rekapitulasi data. Anehnya, kepada media ini meminta untuk menunggu akhir tahun. Padahal, saat ini sudah menjelang tutup tahun 2021.

“Untuk Gepeng dari bulan Januari hingga November tahun 2021 masih kami proses mas. Mohon tunggu sampai akhir,” kelitnya.

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca