Tahun Politik
aku selami cahaya twitter
mencari kenangan yang tertinggal
tapi tak ada yang kujumpai
selain politisi yang berbaris
ubun-ubunku memberat
mataku kelipatan
para cawali masih saja bersandiwara
hingga kerut dahi sulit diartikan.
tahun ini penuh senyuman poster
berfantasi dan getir
membuat hari-hariku
tentang politik
Tadarus Politik
setelah kegagalan diperoleh
perembukan yang diistirahatkan diteruskan
mereka disapa oleh kopi
tapi bayangan dihinggap kegetiran
dalam perundingan
kesal, cemas, terhimpit
telah menyatu menjadi jiwa
sebab jawaban masih
seperti rumpun bambu
dan bergesekan ke penjuru
Dua jam sekian menit
ocehan jauh akan usai
mata bertanda gusar
dan detak denyut meradang
sekian lama seberapa detik
dan persidangan akan berhujung
“menjadi kiai kurang cukup
sebagian harus berbentuk iblis.
semakin tagihan bertambah
kemenangan tambah mudah”
Jamaah
Tak ada yang lebih bahagia
dari rabusta.
menjelang fajar berlalu
calon istana yang menunggu giliran gugur,
ia menerima pesan pemilu
“kalah adalah ujian paling ringan
sebab kekalahan akan membuatmu tetap dekat
dengan angkringan”
Biografi Penulis
Moh Ridlwan: ber-KTP Kokop, Bangkalan. Juga berstatus mahasiswa S2 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan telah menerbitkan satu buah buku puisi Di Balik Kaca (2017). Sebagian opininya terpublis di www.ridlwan.com. IG: mohridlwann.