1. BRUMBUNG I
Semoga kau mengalir memenuhi cekungan sumur
Kambangkan daun-daun kering pohon hujan
Serupa harapan anak-anak gembala
Mengulur tali zaman di sawah dan rimbunnya pertanyaan
Yang khusuk dan menusuk di Kerbuyáºn
Kemana akan mengalir?
Timba telah diulurkan dengan tali senar
Mengangkit tempias batu cadas
Bekas sungai dari kisah nenek moyang
Yang ditanggul dan ditimbun peradaban
Hingga jadilah mata air
Lengkung mata kemarau yang bernas
Aku merasakan dinginnya menunggu sumur
Di bawah rukun bambu, malam lebur
Dinginnya serupa diamnya kekasih yang dicumbu
Mengutuk bunyi angin dari baling-baling
Yang dimiringkan sepi dan sembunyi
Getaskan doa-doa anak cucu sendiri
Dari bukit Ra’as tak luput kuasah lidah celurit
Yang melingkari leher sapi di kandang
Sebab suara anak-anak mengaji tak lagi nyaring
Berganti dering jemari di pagi hari
Kukepal tangkai ilalang yang menguning
Pada senja yang tak lagi mampu menyanding
Bangkalan, 2023
Brumbung, nama sumur di dusun Kerbuyáºn
2. BRUMBUNG II
Apa yang hendak aku ceritakan dari sumur
Jika matamu kelak menangkap gerik kepayahan
Dindingnya serupa pembatas tawar dan payau
Aku berdoa supaya hujan lekas mengikis kemarau
Agar setiap jalan-jalan berlumpur
Agar basah atap rumah juga mata kemanusiaan
Aku hendak menguras sumur
Tak kubiarkan lumpur dan dedak menyumbat kesiur
Nafas yang telah menjadi azimat dari buhul
Kemiskinan akal yang ingin ditolak
Yang ingin mengerak di halaman
Menutup perigi dan suburnya sawah-sawah
Pergilah ke luar pagar rumah
Bertasbihlah dengan menyebut nama nabi
Seluruh yang kau bawa akan menjadi tanda
Cermin dari bahasa dan benda-benda juga cerita
Maka setiap kau mendengar yang telah lampau
Kembalilah pada sumur yang telah kau timba
Bangkalan, 2023
3. BRUMBUNG III
Sumur itu bernama Brumbung
Lumbung air kampung tahun ke tahun
Airnya tak habis disesap sapi-sapi
Dikepul asap dapur berperiuk ibu
Dibilas menalkin tanah dan jasad laki-laki
Layar api moyang yang menyumsum mendarah
Minumlah air sumur yang menyembuhkan rasa haus
Agar hidup seluruh urat, akar sangkal yang getas
Agar hidup bunyi lesung dalam bau sekam
Kerutuk jagung, kelisik gabah, dan derit kasur
Bergemalah cemplung kebaikan dalam gentong
Suguhan dalam kendil pada tamu-tamu di langgáºr
Bangkalan, 2023
4. BHERNGI’
Sumber air sumur itu telah mati
Di pinggirnya, gubuk berdiri sepi
Di pinggirnya tertanam kepatuhan serunai
Bau adab yang tercium kuat
Galilah singkong di tegalan
Bersihkan dagingnya dari kebencian
Ciumlah tangan ibu
Lahap kata-kata bapak
Di atas tungku mengepul rebusan
Hidangan saat sore dengan sambal asin
Zodium pertumbuhan tulang
Untuk menggali sumur-sumur lain
Bangkalan, 2023
Bherghi’, nama sumur
5. NYIUR GẬDDING
Seperti kuningnya kulit nyiur gáºdding
Ingin kupupuk rasa kesetiaan
Menahan kering kerongkongan
Menakwil mimpi sendiri
Menjumput ketakutan
Yang menyepat di mulut usia
Gerimis panas
Menampar ke pipi
Terlempar kewarasan di hati
Terdampar dalam tidur menceracau
Kacau pikiran dikacau sendirian
Lekas pulanglah jin pinggiran ke kampung halaman
Bangkalan, 2023
6. SEIKAT GELUNG RAMBUT IBU
Ia tak mewariskan apapun pada usia
Usia hanyalah angka-angka dalam musim
Tak dihitung apa yang ditanam di ladang
Hanya seikat gelung rambut diharap memanjang
Melingkar di leher busuk zaman
Seperti doa-doa yang dipintal
Menutup tubuh anak cucu sayang
Bangkalan, 2023
TENTANG PENULIS
Sudi Purnama, lahir di desa kecil bernama Desa Tramok, Kokop, Bangkalan, Madura. Guru di salah satu sekolah swasta di Bangkalan. Beberapa karya puisinya dimuat di media massa online dan buku antologi puisi berjudul Baong; Si Buku Harian (2016). Selain puisi dia juga menulis buku self improvement Saat Kau Bercerita Tentang Cinta di atas Jam Dua Belas Malam (2023). Bisa disapa di Instagram @sudi_purnama.