Keempat, merancang agenda kegiatan di bulan suci Ramadhan. Perencanaan yang matang menunjukkan perhatian yang penuh terhadap bulan Ramadhan sekaligus berusaha mengefektifkan waktu yang hanya sebentar (1 bulan) sehingga kualitas amal merupakan fokus utama.
Rancangan kegiatan di bulan suci Ramadhan ini bisa berlaku untuk individu, keluarga, lingkungan kerja, tempat tinggal, dan sebagainya.
Kelima, menyiapkan ilmu seputar amalan-amalan di bulan suci Ramadhan serta mendawahkannya. Setiap amalan tentu harus sesuai dengan landasan ilmunya.
Kesesuaian hal tersebut akan menentukan diterimanya amal oleh yang menghendaki (Allah S.W.T). Dalam Al-Qur’an (Q.S. Al-Anbiya: 7) disebutkan: “Maka bertanyalah kalian kepada orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.”
Keenam, menyambut bulan suci Ramadan dengan berusaha meninggalkan perbuatan dosa dan amal buruk lainnya. Memang bisa dirasakan bahwa peluang seseorang untuk berbuat dosa di bulan Ramadan itu kecil.
Tapi jangan dilupakan juga bahwa di bulan suci Ramadhan ini agar/untuk bisa meninggalkan segala hal yang kurang bermanfaat (lagwun/lagha).
Ketujuh, menyambut bulan suci Ramadhan dengan semangat baru. Suasana baru akan dirasakan dan ditemukan pada bulan Ramadhan bila dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya.
Oleh karena itu, dengan suasana Ramadhan ini, sikap-sikap yang perlu ditingkatkan di antaranya: taubat, amalan sunnah, silaturahim dengan keluarga, dan menebar kemanfaatan (khairunnas anfauhum linnaas: sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat di antara mereka).
