Bangkalan – Pemilihan umum (Pemilu) merupakan proses penting dalam sebuah negara demokratis. Melalui pemilihan ini, warga negara memiliki kesempatan untuk memilih wakil-wakil mereka yang akan memimpin dan mengambil keputusan atas nama mereka di tingkat lokal, nasional, atau bahkan internasional.
Salah satu aspek yang krusial dalam Pemilu adalah pembagian kursi di parlemen atau badan legislatif. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, metode Sainte-Laguë sering digunakan untuk menentukan pembagian kursi. Namun, apa sebenarnya Sainte-Laguë itu?
Pengenalan
Sainte-Laguë adalah nama dari seorang matematikawan asal Prancis, Andre Sainte-Laguë, yang mengembangkan metode ini pada awal abad ke-20. Metode ini digunakan dalam sistem pembagian kursi proporsional di parlemen atau badan legislatif. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pembagian kursi mencerminkan jumlah suara yang diterima oleh masing-masing partai politik atau calon.
Bagaimana Cara Kerja Metode Sainte-Laguë?
Metode Sainte-Laguë didasarkan pada perhitungan rasio yang disebut dengan rasio pembagi. Rasio pembagi ini dihitung dengan membagi jumlah suara yang diterima oleh setiap partai politik dengan serangkaian bilangan ganjil berturut-turut, dimulai dari 1, 3, 5, dan seterusnya. Setiap partai akan memperoleh kursi sesuai dengan rasio pembagi tertinggi yang mereka miliki.
Contoh Penghitungan
Misalkan sebuah parlemen memiliki total 100 kursi dan terdapat tiga partai politik: Partai A, Partai B, dan Partai C. Hasil pemilihan menunjukkan bahwa Partai A memperoleh 30% suara, Partai B memperoleh 45% suara, dan Partai C memperoleh 25% suara.